Makalah Pengantar Pendididkan
TEORI PENDIDIKAN KLASIK DAN TEORI PENDIDIKAN MODERN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
1.KRISTIN
NATALIA
2.KRISTIANI
SARAGI
Dosen Pengampu
: Dr.Berman Hutahaean,M.Pd

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN
2014
Kata
Pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat karunianya,kami telah
menyelesaikan penulisan makalah ini.
Tema utama makalah ini adalah tentang Teori
Pendidikan Klasik dan Modern. Kajian lainnya adalah Pendidikan dalam Perspektif
Empiris, Nativisme dan Konvegensi
Makalah ini memaparkan secara ringkas dan sederhana
tentang Teori Pendidikan klasik dan Modern. Uraian materi makalah ini disusun
berdasarkan pengetahuan dan panduan buku.
Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan pembaca dalam Pendidikan ,sehingga diharapkan dapat
membantu pembelajaran pada mata perkuliahan.
Medan,
20 Oktober 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover................................................................................................................................. 1
Kata
Pengantar ................................................................................................................. 2
DAFTAR
ISI ................................................................................................................... 3
BAB
1 : PENDAHULUAN ............................................................................................ 4
A. LATAR
BELAKANG ................................................................................ 4
B. RUMUSAN
MASALAH ............................................................................ 4
C. TUJUAN
MASALAH ................................................................................ 4
BAB
2 : PEMBAHASAN ............................................................................................... 5
A. PENJELASAN
MENGENAI TEORI-TEORI PENDIDIKAN KLASIK. 5
1. TEORI
PENDIDIKAN EMPIRISME ................................................. 5
2. TEORI
PENDIDIKAN NATIVISME ................................................. 6
2.1
FAKTOR PERKEMBANGAN MANUSIA DALAM TEORI
NATIVISME
............................................................................... 7
2.2
TUJUAN TEORI NATIVISME ................................................. 8
2.3
TEORI PENDIDIKAN
KONVERGENSI ................................ 8
B. TEORI
PENDIDIKAN MODERN ............................................................ 9
1. PENGAJARAN
ALAM SEKITAR ..................................................... 9
2. PENGAJARAN
PUSAT PERHATIAN .............................................. 9
3. SEKOLAH
KERJA .............................................................................. 10
4. PENGAJARAN
PROYEK ................................................................... 11
5. TAMAN
SISWA ................................................................................... 11
BAB
3 : PENUTUP ......................................................................................................... 12
KESIMPULAN
................................................................................................. 12
DAFTAR
PUSTAKA ...................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pentingnya
kita berteori dalam praktek di lapangan pendidikan karena pendidikan dalam
praktek harus dipertanggung jawabkan. Tanpa teori dalam arti suatu alasan dan rasional yang konsisten
dan saling berhubungan maka tindakan-tindakan dalam pendidikan hanya didasarkan
atas alasan-alasan yang kebetulan, seketika dan tidak dapat dipertanggung
jawabkan. Hal itu tidak boleh terjadi karena setiap tindakan pendidikan
bertujuan menunaikan nilai yang terbaik bagi peserta didik dan pendidik. Bahkan
pengajaran yang baik sebagai bagian dari pendidikan selain memerlukan proses dan
alasan rasional serta intelektual juga terjalin oleh alasan yang bersifat
moral. Sebabnya ialah karena unsur manusia yang dididik dan memerlukan
pendidikan adalah makhluk manusia yang harus menghayati nilai-nilai agar mampu
mendalami nilai-nilai dan menata perilaku serta pribadi sesuai dengan harkat
nilai-nilai yang dihayati itu. Sesuai ucapan Dr. Gunning yang dikutip Langeveld
(1955). “Praktek tanpa teori adalah untuk orang idiot dan gila, sedangkan
teori praktek hanya untuk orang-orang Jenius”.
Teori
pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti Perenialisme,
Essensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa pendidikan berfungsi
sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori
pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi
pendidikan atau materi diambil dari ilmu
pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah
disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai
peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang
pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik. Pendidikan
klasik menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum subjek akademis, yaitu
suatu kurikulum yang bertujuan memberikan pengetahuan yang solid serta melatih
peserta didik menggunakan ide-ide dan proses ”penelitian”, melalui metode
ekspositori dan inkuiri
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan klasik ?
2. Apa – apa saja teori
yang terdapat pada pedidikan klasik ini?
3. Penjelasan terhadap
teori – teori pendidikan klasik?
4. Apa yang dimaksud dengan teori pendidikan
Modern?
C.
Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini
yaitu memberikan pemahaman kepada mahasiswa sebagai calon-calon tenaga pendidik
tentang aliran-aliran klasik dalam pendidikan (empiris, nativiesme, dan
konvergensi) ilmu-ilmu pendidikan, serta teori pendidikan sistematis agar dapat
menangkap makna setiap gerak dinamika pemikiran-pemikiran dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Teori
pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, yang memandang bahwa
pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan
warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan
dari pada prosesnya. Isi pendidikan atau bahan pengajaran diambil dari
sari ilmu pengetahuan yang telah ditemukan dan dikembangkan oleh para ahli di
bidangnya dan disusun secara logis dan sistematis. Misalnya teori fisika,
biologi, matematika, bahasa, sejarah dan sebagainya.
Perbedaan
padangan tentang faktor dominan dalam perkembangan manusia tersebut menjadi
dasar perbedaan pendangan tentang peran pendidikan terhadap manusia, mulai dari
yang paling pesimis sampai yang paling optimis. Aliran-aliran itu pada
umumnya mengemukakan satu faktor dominan tertentu saja dan dengan demikian
suatu aliran dalam pendidikan akan mengajukan gagasan untuk
mengoptimalkan faktor tersebut untuk mengembangkan manusia.
Teori-teori
yang terdapat dalam ilmu pendidikan dilahirkan oleh 4 aliran yang berbeda,
yaitu:
- Aliran Empirisme
- Aliran Nativisme
- Aliran Naturalisme
- Aliran Konvergensi
A.
Pejelasan mengeai teori – teori pedidikan Klasik
1. Teori Pendidikan Empirisme
Aliran Empirisme bertolak dari Lockean
Tradition yang mementingkan stimulasi ekternal dalam perkembangan manusia,
dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan
pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan
sehari-hari di dapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi
ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk
program pendidikan. Tokoh perintis pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris
bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni
anak lahir kedua bagaikan kertas putih yang bersih.
Aliran empirisme
dipandang berat sebelah, sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang
diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak
lahir dianggap tidak menentukan. Pada hal kenyataannya dalam kehidupan
sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena bakat, meskipun lingkungan
disekitarnya tidak mendukung.
Keberhasilan ini
disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri berupa kecerdasan
atau kemauan keras, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat
mengembangkan bakat atau kemampuan yang ada dalam dirinya. Meskipun demikian,
penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang manusia
sebagai mahluk yang pasif dan dapat dimanipulasi, contohnya melalui modifikasi
tingkah lakunya.
Meskipun
demikian, penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang
memandang manusia sebagai makhluk yang pasif dan dapat diubah, umpamanya
melalui modifikasi tingkah laku. Hal itu tercermin pada pandangan scientific
psycology Skinner ataupun dengan behavioral. Behaviorisme itu menjadikan
prilaku manusia tampak keluar sebagai sasaran kajianya, dengan tetap menekankan
bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar semata-mata. Meskipun
demikian, pandangan-pandangan behavioral ini juga masih bervariasi dalam
menentukan faktor apakah yang paling utama dalam proses belajar itu sebagai
berikut:
1. Pandangan yang menekankan peranan pengamatan dan imitasi.
2. Pandangan yang
menekankan peranan dari dampak ataupun balikan dari sesuatu perilaku.
3. Pandangan yang
menekankan peranan stimulus atau rangsangan terhadap perilaku
2.Teori Pendidikan Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari
Leibnitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga
faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang
sudah diperoleh sejak lahir.
Pada hakekatnya aliran nativisme
bersumber dari leibnitzian tradition yang menekankan pada kemampuan dalam diri
seorang anak, oleh karena itu faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan
kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan ditentukan
oleh pembawaan sejak lahir dan genetik dari kedua orang tua..
Berdasarkan
pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak itu sendiri.
Perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Faktor
lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Oleh
karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir.
Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh
individu itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat menjadi jahat, dan yang
baik menjadi baik”. Artinya bahwa, jika anak memiliki bakat jahat dari
lahir, ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki bakat baik, ia
akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa
tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri. Istilah nativisme dari
asal kata natie yang artinya adalah terlahir. Bagi nativisme,
lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya
dalam mempengaruhi perkembangan anak. Pembawan tidak dapat
dirubah dari kekuatan luar.
Pandangan itu tidak menyimpang dari
kenyataan. Misalnya, anak mirip orangtuanya secara fisik dan akan mewarisi
sifat dan bakat orangtua. Prinsipnya, pandangan Nativisme adalah pengakuan
tentang adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia,
yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta
kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diri tiap manusia. Ada
yang tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan ada
pula yang hanya sampai pada titik tertentu. Misalnya, seorang anak yang berasal
dari orangtua yang ahli seni musik, akan berkembang menjadi seniman musik yang
mungkin melebihi kemampuan orangtuanya, mungkin juga hanya sampai pada setengah
kemampuan orangtuanya.
Meskipun dalam kenyataan
sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan juga
mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah
merupakan satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
perkembangan anak. Terdapat suatu pendapat aliran nativisme yang
berpengaruh luas yakni dalam diri individu terdapat suatu “inti” pribadi (G.
Leibnitz: Monad) yang mendorong manusia untuk mewujudkan diri, mendorong
manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan yang menempatkan
manusia sebagai mahluk yang mempunyai kemauan bebas.
Meskipun pandangan ini mengakui
pentingnya belajar, namun pengalaman dalam belajar itu ataupun penerimaan dan
persepsi seseorang banyak ditentukan oleh kemampuan memberi makna kepada apa
yang dialaminya itu. Dengan kata lain, pengalaman belajar ditentukan oleh “internal
frame of reference” yang dimilikinya.
2.1
Faktor Perkembangan
Manusia Dalam Teori Nativisme
1. Faktor genetik
Adalah faktor gen dari kedua
orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri manusia.
Contohnya adalah Jika kedua orangtua anak itu adalah seorang penyanyi maka
anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai seorang penyanyi yang prosentasenya
besar
2. Faktor Kemampuan Anak
Adalah faktor yang menjadikan
seorang anak mengetahui potensi yang terdapat dalam dirinya. Faktor ini lebih
nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Contohnya
adalah adanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang mendorong setiap anak
untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai dengan bakat dan
minatnya.
3. Faktor
Pertumbuhan Anak
Adalah faktor yang mendorong anak
mengetahui bakat dan minatnya di setiap pertumbuhan dan perkembangan secara
alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka dia kan bersikap enerjik,
aktif, dan responsive terhadap kemampuan yang dimiliki. Sebaliknya, jika
pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa mngenali bakat dan
kemampuan yang dimiliki.
2.2 Tujuan Teori Nativisme
Didalam teori ini menurut G.
Leibnitz: Monad “Didalam diri individu manusia terdapat suatu inti pribadi”.
Sedangakan dalam teori Teori Arthur Schopenhauer (1788-1860) dinyatakan bahwa
perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak lahir atau bakat. Sehingga
dengan teori ini setiap manusia diharapkan:
- Mampu memunculkan bakat yang
dimiliki
- Mendorong manusia mewujudkan
diri yang berkompetensi
- Mendorong manusia dalam
menetukan pilihan
- Mendorong manusia untuk
mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang
- Mendorong manusia mengenali
bakat minat yang dimiliki
3.Teori Pendidikan Konvergensi
Perintis
aliran ini adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa
Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai
pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa
dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan
sama-sama mempunyai peranan penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak
akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan
perkembangan bakat tersebut. Sebaliknya lingkungan yang baik tidak dapat
menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang dalam dirinya tidak
terdapat bakat yang diperlukan dalam mengembangkan bakat tersebut. Sebagai
contoh, hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata adalah juga
hasil konvergensi.
Pada anak manusia ada pembawaan
untuk berbicara melalui situasi lingkungan, anak belajar berbicara dalam bahasa
tertentu. Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan pembawaan
bahasanya. Karena itu tiap anak manusia mula-mula menggunakan bahasa
lingkungannya, misalnya bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Iggris, dan
sebagainya. Kemampuan dua orang anak (yang tinggal dalam satu lingkungan yang
sama) untuk mempelajari bahasa mungkin tidak sama. Itu disebabkan oleh adanya
perbedaan kuantitas pembawaan dan perbedaaan situasi lingkungan, biarpun
lingkungan kedua orang anak tersebut bahasa yang sama. Oleh karena itu Stren
berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan
lingkungannya, seakan-akan dua garis menuju satu titik pertemuan.
Karena itu teori W. Stren disebut teori konvergensi (konvergen artinya memusat kesatu titik).
Jadi menurut teori konvergensi :
1.
Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan.
2.
Pendidikan di artikan
sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk
mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang
baik.
3.
Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan
lingkungan. Aliran konvergensi pada umumnya diterima
secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh kembang manusia.
B.
Teori Pendidikan Modern
Pendidikan modern adalah
pendidikan yang sejalan dengan usaha manusia sejak dilahirkan hingga meninggal,
dengan sadar membimbing dan menuntun kondisi jiwa khususnya agar dapat
menumbuhkan akhlak dan kebiasaan yang baik sejah awal pertumbuhan dan
perkembangannya, hingga mencapai masa pubertas, agar terbentuk kepribadian yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Sejalan dengan itu, maka pendidikan mengalami perubahan
(inovasi), sebab proses pendidikan yang tidak sesuai dengan tuntutan
perkembangan zaman hanya akan membuat manusia Stagnan (jumud). Oleh karena itu,
pemahaman atau pandangan orang mengenai hakikat pendidikan itu pun
berubah-ubah, yang secara sederhana dapat dikatagorikan sebagai pandangan
pendidikan tradisional dan pendidikan modern.
Pada edisi sebelumnya kami telah mengulas sedikit
tentang teori pendidikan klasik, sekarang kita mengulas tentang teori
pendidikan modern yaitu :
1.
Pengajaran alam sekitar
Salah satu usaha untuk memberikan
dasar, agar pendidikan dan pengajaran berhasil ialah mempergunakan lingkungan
hidup anak sebagai tolak semua pendidikan.Pengajaran semacam itu dinamai
pengajaran heimatkunde atau ekologi.Bapak dari pengajaran itu adalah Fr.
A. Finger dari jerman.
Pengajaran alam sekitar penting artinya untuk
pengajaran dan pendidikan guna kehidupan anak sekarang dan yang akan datang.
Secara singkat berikut ini adalah nilai-nilai pengajaran alam sekitar :
1. Dengan pengajaran alam sekitar itu
guru dapat memperagakan secara langsung
2. Pengajaran alam sekitar Memberikan
kesempatan banyak agar anak aktif, giat tidak hanya duduk, mendengar, melihat
tapi dapat mengambil inisiatif untuk memajukan lingkungan hidupnya, daerahnya,
dan ikut bertanggung jawab.
3. Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk
memberikan pengajaran totalitas yakni pengajaran yang dipusatkan atas suatu
bahan pengajaran yang dapat menarik perhatian anak dan diambil dari lingkungan
hidup anak.
4. Pengajaran alam sekitar memungkinkan adanya pendidikan
yang fungsional, karena bahan pendidikan diambil dari lingkungannya, maka
sekolah tidak terpisah dari masyarakatnya. Dan kepandaian anak dapat di
aplikasikan dalam masyarakat.
2.
Pengajaran pusat perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat
decroly dari belgia dengan pengajaran melalui pusat –pusat minat. Pendidikan
menurut decroly adalah Ecole Pour La vic, Par La Vie (sekolah untuk hidup dan
oleh hidup). Anak harus di didik, diarahkan, dan dipersiapkan dalam
bermasyarakat. Oleh karena itu anak harus mempunyai pengetahuan
terhadap diri sendiri dan pengetahuan tentang dunianya. Dunia ini terdiri dari
alam dan kebudayaan dunia harus hidup dan mengembangkan kemampuannya untuk
menggapai cita-cita. Oleh karena itu ia harus mempunyai pengetahuan yang
bersifat subyektif dan obyektif atas dirinya sendiri dan dunianya.
Metode pengajaran pusat perhatian :
1. Metode global (keseluruhan)
Anak-anak mengamati secara
global.Hal ini berdasarkan prinsip psikologi gigestal, yaitu dalam mengajarkan membaca
dan menulis menggunakan kalimat lebih mudah daripada mengajarkan kata-kata
lepas.Sedangkan kata lebih mudah diajarkan dari pada huruf secara tersendiri
2. Centre d’interst (pusat minat)
Anak-anak mempunyai minat yang
spontan (sewajarnya) .pengajaran harus disesuaikan dengan minat-minat spontan
tersebut.sebab apabila tidak, maka pengajaran itu tidak akan banyak hasilnya.
3. Sekolah kerja
Sekolah kerja merupakan konsep pendidikan yang
menjadi titik kulminasi dari pandangan yang mementingkan keterampilan dalam
pendidikan. Sekolah kerja menekankan agar pendidikan
mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan.Bapak dari sekolah kerja
ialah G.kereschensteiner dari jerman.
Tujuan dari sekolah kerja ini adalah menembah
pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang didapat dari buku buku, orang lain,
ataupun dari pengalaman sendiri.Selain itu agar anak memiliki kemampuan dan
kemahiran tertentu.Dan yang terakhir agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai
persiapan jabatan dalam mengabdi Negara.
Kereschensteiner berpendapat bahwa kewajiban
utama sekolah adalah mempersiapkan anak-anak untuk dapat bekerja. Karena
banyaknya macam pekerjaan yang menjadi pusat pelajaran, Maka sekolah kerja
dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu sekolah perindustrian, sekolah
perdagangan, dan sekolah rumah tangga yang bertujuan untuk mendidik para calon
ibu yang diharapkan menghasilkan warga Negara yang baik
Dasar-dasar sekolah kerja :
1.
Dalam sekolah kerja anak aktif berbuat
2.
Pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran ialah anak.
3.
Sekolah kerja mendidik anak menjadi pribadi yang berani
berdiri sendiri, dan bertanggungjawab sebagai anggota masyarakat yang baik
4.
Bahan pelajaran disusun dalam suatu keseluruhan yang
berpusat pada masalah kehidupan.
5.
Sekolah kerja tidak mementingkan pengetahuan yang bersifat
hafalan atau hasil peniruan, melainkan pengetahuan fungsional dan dapat
dipergunakan untuk berprakarsa, mencipta dan berbuat.
6.
Pendidikan kecerdasan tidak dapat diberikan dengan
memberitahukan atau menceritakannya pada anak melainkan anak sendiri yang harus
menjalani proses berfikir sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
7. Sekolah kerja merupakan suatu bentuk
masyarakat kecil yang didalamnya anak-anak mendapat latihan pengalaman yang
amat penting artinya bagi pendidikan moral, sosial dan kecerdasan.
4.
Pengajaran proyek
Pengajaran proyek merupakan metode belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam pengumpulan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas
secara nyata. Pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan
memecahkan persoalan secara komprehensif.
Prinsip pokok Pengajaran proyek yaitu bahwa pengajaran itu harus
aktif, ilmiah, dan memasyarakat. Jadi pengajaran proyek
adalah suatu bentuk pengajaran dimana guru menyajikan bahan pengajaran agar
murid aktif menyelidiki dan mencari problem solving atas proyek yang diberikan
oleh gurunya.
5.
Taman siswa
Taman siswa ialah lembaga pendidikan yang didirikan oleh Ki
hajar dewantara pada 3 juli 1992 di Yogyakarta. Taman siswa merupakan badan
perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan
dalam arti luas untuk mencapai cita-cita. Menurut Ki hajar dewantara
pendidikan bagi tiap-tiap bangsa berarti pemeliharaan guna mengembangkan
generasi muda agar dapat berkembang dengan sehat lahir batin.
Sistem
pendidikan yang di cita-citakan beliau yakni pendidikan yang berdasarkan
kebudayaan suatu bangsa kita sendiri dan mengutamakan kepentingan masyarakat.
Dasar
pendidikan dan pengajaran dalam taman siswa ialah Panca Darma Taman Siswa yang
disusun tahun 1947.
Dasar-dasar
nya ialah :
1.
Asas kemerdekaan
Harus diartikan disiplin pada diri sendiri oleh diri sendiri
atas dasar nilai hidup yang tinggi, baik hidup sebagai individu maupun anggota
masyarakat
2.
Asas kodrat alam
Manusia sebagai makhluk yang menjadi satu dengan kodrat
alam, tidak dapat lepas dari sunnatullah, tiap orang diberi keleluasaan ,
dibiarkan, dibimbing untuk berkembang secara wajar menurut kodratnya.
3.
Asas kebudayaan
Memelihara kebudayaan kebangsaan namun yang harus pertama
dilakukan yakni membawa kebangsaan itu kearah kemajuan yang sesuai dengan
kecerdasan zaman, kemajuan dunia, dan kepentingan hidup rakyat lahir batin.
4.
Asas kebangsaan
Asas yang mengandung rasa persatuan dengan bangsa sendiri
dan tidak terjadi pertentangan.
5.
Asas kemanusiaan
Asas yang mewujudkan pada diri
seseorang dengan adanya cinta kasih terhadap sesama makhluk Tuhan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, kami dapat mengambil beberapa
kesimpulan yakni :
Aliran empirisme mengungkapkan bahwa
perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu ditentukan oleh lingkungannya atau
oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Doktrin aliran empirisme yang
sangat masyhur adalah “tabula rasa” yang berarti batu tulis atau
lembaran yang kosong. Doktrin ini menekankan arti penting pengalaman,
lingkungan dan pendidikan, faktor orang tua dan keluarga terutama sifat dan
keadaan mereka sangat menentukan arah perkembangan masa depan anak. Sifat orang
tua merupakan gaya khas dalam bersikap dan memperlakukan anak.
Aliran nativisme mengungkapkan bahwa
hasil pendidikan dan perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaan yang
diperolehnya sejak anak itu dilahirkan.
Aliran Konvergensi Penganut aliran
ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan
maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting.Aliran
konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat
dalam memahami tumbuh kembang manusia. Meskipun demikian terdapat variasi
mengenai faktor-faktor
mana yang paling penting dalam menentukan tumbuhh kembang itu.
Pendidikan
modern adalah pendidikan yang sejalan dengan usaha manusia sejak dilahirkan
hingga meninggal, dengan sadar membimbing dan menuntun kondisi jiwa khususnya
agar dapat menumbuhkan akhlak dan kebiasaan yang baik sejah awal pertumbuhan
dan perkembangannya, hingga mencapai masa pubertas, agar terbentuk kepribadian yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Rohman,Arif.2009.Memahami Pendidikan Dan Ilmu Pendidikan.
Mediatama : Yogyakarta
Artikel Teori pendidikan Oleh: Anneahira.com Content Team
M, Y, Q.25 Januari 2009.
Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan(online) Alamat :
Diakses 30 mei 2011
Top 10 Casinos in Las Vegas
BalasHapusIf you 삼척 출장마사지 want to know 안성 출장샵 everything 계룡 출장마사지 you need to know 논산 출장마사지 about Las Vegas casinos, You'll find it's called slot machine gambling. It's a term used dafabet by casinos that